Tentang

GMNI

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau yang disingkat GMNI, merupakan Organisasi Kepemudaan yang berbasis Mahasiswa sebagai subjek gerakannya. GMNI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi Kader dan Organisasi Perjuangan, yang berlandaskan ajaran Soekarno yaitu Marhaenisme sebagai Ideologi gerakan. Oleh karena itu, di dalam aktivitasnya GMNI memiliki prinsip-prinsip yang melekat dan menjadi dasar perjuangan, yaitu  “GMNI berjuang untuk rakyat & GMNI berjuang bersama-sama rakyat”.

GMNI adalah organisasi Gerakan, yang dilakukan oleh sekelompok manusia dengan status “Mahasiswa”, oleh karena itu GMNI disebut juga sebagai “Student Movement”. Gerakan yang dimaksud adalah suatu upaya atau tindakan yang dilakukan secara terencana dengan tujuan melakukan pembenahan/pembaharuan yang meliputi semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, untuk mencapai tujuan perjuangan.

GMNI sebagai organisasi mahasiswa sehingga yang dapat menjadi anggota GMNI adalah mereka yang berstatus mahasiswa. Namun demikian, bahwa mahasiswa yang menjadi anggota GMNI adalah mereka yang menyetujui tujuan dan cara perjuangan GMNI.

GMNI adalah organisasi yang berlingkup nasional. Artinya, bukan organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat terbatas dan sempit. Makna nasional juga mengandung pengertian bahwa perjuangan GMNI bersifat kebangsaan/nasionalisme.

GMNI adalah organisasi yang berkedudukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan oleh karenanya, GMNI bertugas dan bertanggung jawab serta mengutamakan keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan seluruh elemen pembentuknya terutama kaum Marhaen. “Indonesia” dalam GMNI juga bermakna sebagai simbol identitas GMNI yang berangkat dari proses kebangsaan Indonesia.

Sebagai organisasi perjuangan, maka dalam setiap anggota GMNI melekat jiwa, roh dan semangat sebagai pejuang. GMNI mengutamakan perjuangan yang terorganisir, dan sebagai mahasiswa Marhaenis yang progresif dan revolusioner, GMNI berjuang secara nonkooperatif dengan memakai metode machtsvorming dan machtsaweding.

Sebagai organisasi kader, GMNI sekaligus sebagai organisasi massa, artinya GMNI merupakan wadah pembinaan kader bangsa dan bertugas untuk mempersiapkan kader yang berkualitas dan potensial untuk mengabdi pada bangsa dan negara. Namun kualitas tersebut berkorelasi secara positif dengan kuantitas kader.

Sebagai organisasi perjuangan maka tujuan perjuangan GMNI adalah mewujudkan Indonesia yang berdaulat dibidang Politik, berdikari dibidang Ekonomi dan berkepribadian dalam Budaya. Dan hal itu bisa dicapai apabila Sosio-nasionalisme, Sosio-demokrasi dan Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi Nation and Character Building.

GMNI adalah organisasi yang bersifat independen dan berwatak kerakyatan. Artinya, GMNI tidak berafiliasi pada kekuatan politik mana pun, dan berdaulat penuh dengan prinsip percaya pada kekuatan diri sendiri. Independensi GMNI tidak berarti netral, sebab GMNI senantiasa proaktif dalam perjuangannya sesuai dengan asas dan doktrin perjuangan yang dimiliki. Namun demikian, GMNI tidak independen dari kaum marhaen dan kepentingan kaum marhaen.

SEJARAH SINGKAT GMNI

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dalam sejarahnya lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan asas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah:

• Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta;

• Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya;

• Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.

Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa tersebut mulai muncul, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.

Dalam rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk melakukan fusi terhadap ketiga organisasi yang seasas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat respons positif.

Sebagai tindak lanjut, maka dilakukanlah beberapa pertemuan antara ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut, hingga tercapailah kesepakatan pada pertemuan berikut yang dilakukan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Bapak. Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai beberapa kesepakatan antara lain: ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi wadah (organisasi) bersama hasil peleburan tiga organisasi, berasaskan Marhaenisme Ajaran Bung Karno sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya.

Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka: Slamet Djajawidjaja, Slamet Rahardjo, dan Heruman. Dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis: Wahyu Widodo, Subagio Masrukin, dan Sri Sumantri Marto Suwignyo. dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia: S.M. Hadiprabowo, Djawadi Hadipradoko, dan Sulomo.

KONGRES I

Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI. Hasil daripada Kongres I adalah pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi. Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai Ketua Umum.

KONGRES II

Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan hasil sebagai berikut: Konsolidasi internal organisasi, meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-cabang baru di seluruh wilayah NKRI sebagai Ketua Umum DPP GMNI tetap M. Hadiprabowo.

KONGRES III

Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan hasil sebagai berikut: Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-wilayah lain. Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten/Kota yang ada perguruan tingginya. Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi Presidium. Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo.

Konferensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung Karno memberikan pidato sambutan dengan judul “Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa!”. Diteguhkannya kembali Marhaenisme sebagai asas perjuangan organisasi.

KONGRES IV

Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya: Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan. Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (Sekretaris Jenderal), John Lumingkewas, Waluyo, Sutamto Digjosupato, Lusian Pahala Hutagaul, dll.

Konferensi Besar di Jakarta 1963 Bung Karno memberikan amanat yang pada intinya meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya. Konferensi Besar di Pontianak 1965.

Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum Konferensi Besar, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi bagi pengabdian masyarakat.

KONGRES V

Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam Kongres akibat infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya: mengesahkan kepemimpinan nasional GMNI berupa DPP dengan Ketua Umum Soeryadi dan Sekretaris Jenderal Budi Hardjono.

KONGRES VI

Dilaksanakan tahun 1976 di Ragunan Jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil Kongres ini adalah:

• Penyatuan faksi-faksi yang ada di GMNI

• Rekonsiliasi dengan powersharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional

• Pernyataan independensi GMNI

Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut: Sudaryanto, Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM, Semedi.

KONGRES VII

Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah:

• Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal.

• Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah.

• Penegasan independensi GMNI.

• Pengurus Presidium: Sutoro SB (Sekretaris Jenderal), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim, Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo.

KONGRES VIII

Berlangsung tahun 1983 di Lembang, Bandung dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Amir Sutoko (Sekretaris Jenderal), Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.

KONGRES IX

Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekretaris Jenderal), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agus Edi Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.

KONGRES X

Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekretaris Jenderal), Agus Edi Santoso, Hendro S. Yahman, Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.

KONGRES XI

Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut: Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungsional.

Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekretaris Jenderal), Idham Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto, Firmansyah.

KONGRES XII

Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah: Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul “Sosialis Religius”, “Nasionalis Religius”, dan “Progresif Revolusioner”. Menolak calon tunggal presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI.

Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda (Ketua), A. Baskara (Sekretaris Jenderal), Agus Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin.

KONGRES XIII

Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang tahun 2001.

Presidium hasil Kongres Kupang adalah: Bambang Romada (Ketua), Viktus Murin (Sekretaris Jenderal), Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori Yapani.

Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah sebagai berikut: Sony T. Danaparamita (Sekretaris Jenderal), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bambang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV

Kepengurusan hasil Kongres Kupang meneruskan Kongres XIV di Manado dengan hasil kepengurusan Presidium sebagai berikut: Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekretaris Jenderal), Achmad Suhawi, Marchelino Paliama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata, Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray.

Sementara itu kepengurusan hasil KLB Semarang meneruskan Kongres XIV di Medan, dengan hasil kepengurusan sebagai berikut: Sonny T. Danaparamita (Sekretaris Jenderal), Andri, Dwi Putro Ariswibowo, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasih Tua Purba, Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN)

Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan penyatuan dualisme kepengurusan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai berikut:

• Penetapan AD/ART baru GMNI

• Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI

• Hasil kepengurusan Presidium periode 2006-2008 adalah Deddy Rachmadi (Ketua), Rendra Falentino Simbolon (Sekretaris Jenderal).

Komite-Komite: Dihot Simarmata, Eko Sigit, Inyoman Sukataya, Sapto, Hermanus Tadon, Iwan Moniaga, Bobby Tobing, Ekber L. Watubun, Sri Utami, Syarizal Yusri, Kalamudin, Hari Nazarudin, Imam Yahya, Deysi Marisit, Taufik Ramadhan, Hairul Mumin, Refli Prima.

KONGRES XVI

Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah: Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo Sumarsono, Penegasan sikap politik sebagai berikut:

  • Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli.

  • Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria.

  • Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun.

  • Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU Penanaman Modal.

  • Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945.

Kepengurusan Presidium periode 2008-2011: Rendra Falentino Simbolon (Ketua), Cokro Wibowo Sumarsono (Sekretaris Jenderal). Komite- Komite: Ekber L. Watubun (Komite Organisasi), Tengku Ruly Fachrialsyah (Komite Politik), Robby Sirait (Komite Litbang), Rizky Alfarisi Siregar (Komite Kaderisasi), Bambang Wijaksono (Komite hubungan Luar), Husnul Hidayat (Komite Agiprop), Muhamad (Komite Advokasi), Heny Lestari (Komite Sarinah), Taufik Ramadhan (Komite Pengorganisasian lintas Sektoral), Musriat Hidayat (Komite Pengorganisasian Sumber daya Pendukung Gerakan), Sugeng Tri Handoko (Komite Pengorganisasian Pelajar dan Mahasiswa).

KONGRES XVII

Kongres XVII dilaksanakan pada tanggal 21—28 Maret 2011 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kongres tersebut dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andy Malaranggeng dan dihadiri oleh PPPA GMNI dan beberapa tokoh nasional untuk memberikan sambutan dan ceramah bagi peserta Kongres XVII, di antaranya: Dr. Soekarwo (Gubernur Jatim), Drs. Awang Farouk (Gubernur Kaltim), Drs. Achmad Basarah (DPR RI), Walikota Balikpapan, Staf Kementerian Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Surya Paloh, dll.

Proses dialektika dan dinamika dalam forum Kongres XVII sangatlah demokratis, sehingga menegaskan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melakukan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, di antaranya penyeragaman sistem administrasi organisasi secara struktural, penyempurnaan silabus kaderisasi dan pembentukan cabang-cabang baru secara nasional.

Kepengurusan Presidium hasil Kongres XVII adalah sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Syaiful Anam (Sekretaris Jenderald/Pamekasan), Wilhelmus W Hadir (Ende), Markus L. Wantania (Manado), Heri Bernad (Purwokerto), Elvis Z Watubun (Ambon), Edy Wijaya (Medan), Hariyadi (Bogor), Iman Munandar (Pekanbaru), Fereddy (Balikpapan), Faradian Ardiani (Malang Raya), Aren Frima (Lubuk Linggau), dan Asef Saefullah (Cirebon).

KONGRES XVIII

Kongres XVIII dilaksanakan pada tanggal 1—6 Juni 2013 di kota Blitar Provinsi Jawa Timur. Kongres XVIII dibuka oleh Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP PA GMNI, Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum.

Kongres XVIII merupakan kongres yang penyelengaraannya sangat berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya. Dalam kongres ini, seluruh elemen masyarakat Blitar dilibatkan mulai dari akomodasi hingga keamanan untuk memastikan keseluruhan rangkaian acara dapat berjalan sesuai rencana. Para peserta kongres menginap di rumah warga, sementara itu kegiatan kongres berlangsung di area Istana Gebang Kota Blitar. Oleh karenanya, Kongres XVIII GMNI di Blitar disebut sebagai Kongres Kerakyatan.

Kongres XVIII berlangsung demokratis dan dinamis yang menghasilkan beberapa keputusan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kongres mengamanatkan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melanjutkan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, penetapan silabus kaderisasi, penetapan Garis-Garis Besar Pokok Perjuangan GMNI, pembentukan cabang-cabang baru, dan penetapan sikap politik GMNI.

Blitar, Bumi Bung Karno mengilhami lahirnya kepemimpinan Presidium hasil Kongres XVIII sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekretaris Jenderald/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Manik Suryandaru (Semarang), Ibnu Abdillah (Cirebon), Eva Manurung (Siantar), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), M. Farid (Bekasi), Galih Andreanto (Sumedang). Badan-Badan: Pius Agustinus Bria (Kupang), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto).

Seiring perjalanan waktu, dalam rangka menyinergikan kerja-kerja organisasi, terjadi perubahan komposisi kepengurusan Presidium menjadi sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekretaris Jenderald/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Ibnu Abdillah (Cirebon), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), Pius Agustinus Bria (Kupang), Muhammad Derajad (Pasuruan), Hari Suhud (Garut), Amilan Hatta (Sumbawa). Badan- Badan: Pius Agustinus Bria (Kupang/rangkap), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto), Muhammad Derajad (Pasuruan/rangkap).

KONGRES XIX

Kongres XIX yang diselenggarakan di Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 5 -10 September Tahun 2015 dibuka secara resmi oleh Menteri Dalam Negeri RI, Tjahjo Kumolo. Hadir Ketua DPP PA GMNI, Drs. Ahmad Basarah, MH bersama pengurus DPP PA GMNI lainnya, yakni Dr. Andreas Hugo Pareira, MA, Eva K. Sundari, Wahyuni Refi, Ugik Kurniadi. Turut dihadiri Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang juga alumni GMNI dan Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya (Alumni GMNI).

Di tengah hiruk pikuk dinamika organisasi, Kongres yang mengusung tema “Mewujudkan Kedaulatan Maritim Indonesia Melalui Trisakti Bung Karno” berjalan secara demokratis dengan semangat kekeluargaan selaku kaum Nasionalis. Sehingga, selain merumuskan strategi pengembangan organisasi dan kaderisasi selama satu periode kepengurusan Forum Kongres XIX mampu mengukir sejarah baru dalam setiap dinamika pergantian kepemimpinan di tingkat Presidium GMNI. Buktinya, forum Kongres secara aklamasi melahirkan kepemimpinan Presidium GMNI sebagai berikut:

Ketua Chrisman Damanik (Purwokerto), Komite Kaderisasi dan Ideologi Ahmad Tabroni (Sumedang), Komite Organisasi Remon Amtu (Ambon), Komite Politik, Keamanan Fariz Rifqi Ihsan(Surabaya), Komite Reforma Agraria Desta Ardiyanto (Bogor),Komite Agitasi dan Propaganda Makruf (Pamekasan), Komite Lintas Sektoral dan Hubungan Antar Lembaga Jayadi(Sumbawa), Komite Kemaritiman Sitori Mendrofa (Gunung Sitoli Nias), Komite Pergerakan Sarinah Wasanti (Balikpapan), Komite Hukum, HAM dan Perundang-Undangan Efniadyansah (Palembang), Komite Pendidikan dan Kebudayaan Widia Fattah Almis (Pekan Baru),Komite Ekonomi, Koperasi dan Kewirausahaan Mochammad Enday Hidayat (Lebak), Komite Pelajar, Mahasiswa dan Pemuda Herimanto Chiko (Sikka), Komite Sosial dan Bencana Alam Ahmad Maskuri(Bengkulu), Komite Hubungan luar Negeri Ariel Sharon(Bojonegoro), Sekretaris Jenderal Pius A Bria, S.E (Kupang), Bendahara Christin Walangarei (Manado). Badan Kaderisasi Nasional Andy Junianto (Medan), Badan Hukum dan Advokasi Gerakan Ojak LBHA TI (Purwokerto), Badan Informasi, Riset dan Teknologi Refiansah (Jakarta Pusat), Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional Dwi Agus Setiawan (Tegal).

KONGRES XX

Kongres XX yang diselenggarakan di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, 15—21 November Tahun 2017 dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo. Hadir Ketua DPP PA GMNI, Dr. Ahmad Basarah, MH bersama pengurus DPP PA GMNI lainnya, Turut dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pramono Anum, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Gubernur Jawa Timur Soekarwo (Alumni GMNI), dan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokanbey.

Di tengah dinamika organisasi, Kongres yang mengusung tema “Meneguhkan Masa Depan Indonesia, Berdasarkan Pancasila di Era Asia Pasifik” berjalan secara demokratis dengan semangat kekeluargaan selaku kaum Nasionalis. Sehingga, selain merumuskan strategi pengembangan organisasi dan kaderisasi selama satu periode kepengurusan Forum Kongres XX mampu mengukir sejarah baru dalam setiap dinamika pergantian kepemimpinan di tingkat Presidium GMNI. Buktinya, forum Kongres secara aklamasi melahirkan kepemimpinan dengan bentuk Dewan Pimpinan Pusat GMNI dengan Ketua Umum Robaytullah Kusuma Jaya (Malang Raya) dan Sekretaris Jenderal Clance Teddy (Manado) serta di bantu oleh kepengurusan DPP GMNI sebagai berikut:

  1. Wakil Sekretaris Jenderal Internal: Fatan Fahriady Oscha (Banjarmasin),

  2. Wakil Sekretaris Jenderal Eksternal: Asra Arisah Pitra (Aceh Tengah),

  3. Bendahara: Ismah Winartono (Kuningan).

Ketua-Ketua Bidang DPP GMNI: Organisasi: Imanuel Cahyadi Karo Karo (Sumedang), Politik dan Keamanan: Andi Junianto Barus (Medan), Kaderisasi & Ideologi: Arjuna Putra Aldino (Yogyakarta), Hukum, HAM & Per- UU-an: Ari Arnando (Purwokerto), Ekonomi, Koperasi & Kewirausahaan: Leonardus Lian Liwun (Kupang), Energi, SDA & Lingkungan Hidup: Taufik Hidayat (Tangerang Kota), Hubungan Antar Lembaga: Marthinus kerlely (Ambon), Hubungan Internasional: Made Bryan Pasek Mahararta (Banyuwangi), Pariwisata dan Kebudayaan: Yoel Ulimpa (Sorong), Informasi dan Komunikasi: Qomarudin (Bangkalan), Kesehatan, Sosial & BA: Yohana Maris Budianti (Jakarta Timur), Reforma Agraria & Tata Ruang: Mukhammad Hykal Shokat Ali (Jember), Kelautan & Perikanan: Alimun Nasrun (Ternate), Mahasiswa & Pelajar: Dede Saipuloh Nugraha (Garut), Buruh, Tani, Nelayan & TK: Sugeng Hariono (Lamongan), Pembangunan Desa & PDT: Charles Munte (Tanah Karo), Pergerakan Sarinah & P. Anak: Dia Puspitasari (Surabaya), Pendidikan & Ristek: Putra Muhammad Azmi (Karawang), Perindustrian dan perdagangan: Asuan Toni (Bengkulu), Pembangunan Daerah Kepulauan dan Perbatasan: Ricardo Loi (Nias Selatan).

KONGRES XXI

Agenda utama di mana setiap kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dari seluruh Indonesia merumuskan gagasan serta rancangan gerakan organisasi di masa depan. Dengan mengakat tema Kemaritiman Kongres ke- XXI GMNI yang sebelumnya direncanakan tanggal 20-24 November 2019 di Ambon, Maluku mengalami perubahan jadwal menjadi 28 November dan selesai 2 Desember 2019. Dalam Kongres tersebut dihadiri oleh delegasi yang terdiri dari 146 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD).

Kongres Ambon nyatanya tidak sesuai dengan yang diharapkan, situasi berubah menjadi tidak kondusif dan penuh intimidasi yang terjadi terhadap beberapa kader. Saat pembukaan acara, Kamis, 28 November 2019 di Islamic Center Kota Ambon, sekitar pukul 09.30 dan selesai 14.00 Waktu Indonesia Timur (WIT) berjalan dengan lancar. Acara dibuka oleh Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, selain itu hadir juga Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Alumni (DPP PA) GMNI Ahmad Basarah. Ahmad Basarah menyampaikan pesan kepada peserta kongres agar merumuskan strategi perjuangannya dengan membumikan Pancasila dan Bineka Tunggal Ika, serta prinsip berbangsa dan bernegara yang menjadi living ideology.

Pada hari ke-2, Jum’at, 29 November 2019 acara kongres dilanjutkan di Kristen Center Kota Ambon dan direncanakan akan dimulai pukul 13.00 selesai 23.00 WIT, namun hingga pukul 18.00 WIT persidangan juga belum dimulai. Panitia masih sibuk melakukan registrasi terhadap peserta sidang, proses verifikasi yang lama serta adanya penolakan terhadap beberapa Surat Keputusan (SK) membuat suasana forum mulai panas. Selain itu terjadi gesekan antara peserta dan panitia, membuat forum mulai terlihat tidak kondusif. Hingga pukul 20.41 WIT yang seharusnya sudah memasuki sidang pleno III, tetapi persidangan juga belum dibuka.

Karena persidangan sudah tertunda dari jadwal yang ditentukan, kurang lebih pada pukul 20.52 WIT forum melanjutkan sidang pleno IV dengan agenda pemilihan pimpinan. Dinamika yang terjadi dengan banyaknya interupsi membuat forum tidak kondusif kembali, kemudian terjadi kekacauan lagi. Meskipun kondisi tidak kondusif, forum persidangan terus berjalan dengan menghasilkan beberapa paket pimpinan.

Tidak adanya jaminan keamanan oleh panitia lokal bagi peserta sidang di Kristen Center membuat Ketua Umum DPP GMNI Robaytullah Kusumah Jaya dan Sekretaris Jenderal DPP GMNI Clance Teddy memindahkan kongres ke Hotel Amaris. Kongres diikuti oleh 81 DPC definitif, 4 DPD definitif, 6 cabang caretaker, serta 4 DPD careteker. Pimpinan sidang Pleno IV dipimpin langsung oleh Robaytullah Kusumah Jaya dan Clance Teddy dengan didampingi 11 pengurus DPP lain.

Hasil pimpinan sidang dari DPC Halmahera Utara Bung Jenfanher Lahi sebagi pimpinan sidang I, Bung Ramar Rahasia dari DPC Manado sebagai Pimpinan sidang II, dan pimpinan sidang III Bung Asep Jovi Rafik Syafrudin dari DPC Ogan Komeriling Ilir. Sidang pleno V dengan pembahasan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan pandangan umum DPD dan DPC GMNI berjalan dengan kondusif. Begitu juga dengan sidang Pleno VI sidang komisi, serta sidang pleno VII penetapan dan hasil sidang komisi.

Pada akhirnya sidang pleno IX pemilihan Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal DPP GMNI periode 2019-2021 mengahasilkan kepemimpinan yaitu Arjuna Putra Aldino sebagai Ketua Umum dan M Ageng Dendy Setiawan sebagai Sekretaris Jenderal DPP GMNI Periode 2019-2021. Kongres selesai sesuai jadwal.

Scroll to Top